Headlines News :

sponsor

Topics :
Powered by Blogger.
Menu :

TRANSLATE

Suara Aneh di Langit, Fenomena Alam ataukah Terompet Kiamat?

Suara Aneh di Langit, Fenomena Alam ataukah Terompet Kiamat?

Sudah banyak orang awam yang takut. Tapi para ilmuwan justru penasaran

Ilustrasi langit (www.dailymail.co.uk/Matt Power)


VIVA.co.id - Warga dunia tengah bertanya-tanya atas munculnya suatu fenonema aneh. Bunyi misterius mirip suara terompet, terdengar membahana di langit.

Dilansir melalui The Inquisitr, Selasa 25 Mei 2015, anehnya tidak satu dua orang saja yang mendengar suara aneh itu. Banyak orang yang mengaku mendengar suara serupa. Dan suara itu terdengar di berbagai negara berbeda di langit belahan dunia. Dari Eropa hingga Australia.

Warga dari Kanada, Ukraina, Belarus, Amerika Serikat, Australia, dan Jerman mengaku mendengar suara tersebut.

Saking anehnya suara yang muncul, beberapa saksi yang mendengar fenomena ini merekam momen tersebut, dan mengunggah ke situs video YouTube.

Salah satu video yang memperlihatkan seorang anak terpaku dengan suara terompet itu mendapatkan jumlah pengunjung paling banyak, lebih dari 1,7 juta. Video itu diposting pengguna dengan nama akun Papa Schlumpf, yang berasal dari Jerman, diunggah sejak 4 April 2015.

Rekaman suara terompet juga diunggah seorang wanita ibu rumah tangga di Kanada, Kimberly Wookey. Video Wookey langsung ditonton lebih dari setengah juta orang, sejak diposting 7 Mei 2015.

Selah ditelusuri, suara aneh itu telah berlangsung cukup lama. Dalam penelusuran melalui video yang diposting di YouTube, suara misterius terompet itu telah terekam sejak 10 tahun lalu.

Penelusuran juga ditemukan, setidaknya sudah ada 150 video yang berkaitan dengan suara aneh terompet yang membahana di langit. Pengguna internet makin antusias dan penasaran dengan fenomena tersebut.

Suara misterius itu pun membuat takut beberapa yang mendengarnya. Merera terbawa pada bayang akhir zaman dan dunia, kiamat. Suara itu disebut bunyi terompet akhir zaman, sangkakala.

Setelah mendengar suara terompet aneh itu, umumnya saksi pendengar tidur dengan tidak nyenyak. Mereka selalu mendapatkan mimpi buruk, saat tidur di malam hari. Salah satunya yang dialami Aaron Traylor, yang merekam suara itu pada 18 Februari 2012.

"Saya selalu mendapat mimpi buruk sejak memposting video suara itu. Seolah langit ingin menunjukkan sesuatu. Itu mimpi yang sangat buruk. Saya telah mengikuti fenomena suara aneh itu ke seluruh dunia melalui YouTube. Lalu, saya teringat tentang hari kiamat. Apakah mungkin ini adalah suara panggilan kiamat?" ujar Traylor.

Pengakuan serupa juga muncul dari Wookey. Dalam waktu yang berbeda, Wookey memposting dua video 'suara sangkakala'. Dia mengaku telah dua kali menemukan adanya suara misterius yang diklaimnya sebagai penanda kiamat.

"Ini kali kedua saya mendengar suara misterius ini di Kanada. Pertama adalah pada 19 Juni 2013. Saya kaget waktu mendengar suara bising itu karena saya juga belum pernah mengenal suara itu sebelumnya. Anak saya pun ketakukan dengan suara itu," ujarnya.

Spekulasi lain pun bermunculan seakan ingin menjelaskan suara misterius.

Teori 'suara sangkakala'
Ada yang meyakini fenomena tersebut berasal dari dalam bumi untuk memunculkan gempa, atau mungkin ledakan gas metan, gelombang pasang, pergeseran bukit pasir, radiasi elektromagnetik, interferensi perangkat komunikasi nirkabel, gas tekanan tinggi, sampai uji coba teknologi pengendali pikiran.

Ada juga yang menganggapnya sebagai suara alien, atau meteor. Sedangkan penduduk religius percaya, jika itu adalah terompet sangkakala, penanda kiamat.

Sedangkan bagi ahli astronomi dari Badan Luar Angkasa Amerika (NASA) memiliki pendapat lain.

Dilansir melalui Tech Times, Selasa 26 Mei 2015, ilmuwan NASA percaya jika suara itu kemungkinan adalah suara latar dari bumi. Mereka percaya jika bumi memiliki suara-suara yang sebenarnya bisa didengar.

"Jika manusia memiliki antena radio, bukan kuping, maka kita bisa mendengar simfoni indah dari suara-suara yang aneh. Suara-suara itu berasal dari planet kita sendiri," kata juru bicara NASA.

Menurut NASA, suara itu hampir mirip dengan latar musik yang biasanya ada di film fiksi sains klasik. Namun, kata NASA, suara-suara yang tadi dia jelaskan di atas bukanlah fiksi atau khayalan semata. Bumi memang memiliki suara latarnya sendiri.

"Emisi radio alam yang berasal dari planet kita ini benar-benar nyata. Kebanyakan orang tidak sadar akan fenomena ini namun suara itu benar-benar muncul di sekitar kita, setiap saat," ujar NASA menambahkan.

Teori lain disampaikan pakar bumi dari Universitas Oklahoma, Amerika Serikat, David Deming. Dikutip dari Daily Mail, Selasa 26 Mei 2015, Deming sebelumnya telah menyadari adanya kemungkinan fenomena semacam itu.

Dia pernah menulis tentang fenomena yang disebut The Hum. Istilah itu dimunculkan untuk menamakan suara misterius yang tak bisa dilacak, dan telah didengar pada lokasi tertentu di belahan dunia. Suara The Hum ini, tulis Deming, telah didengar oleh 2-10 persen populasi dunia.

Soal suara misterius yang mirip terompet, Deming berteori, kemungkinan suara itu berasal dari transmisi telepon dan pesawat terbang yang dioperasikan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat. Kata dia, militer AS itu diketahui tengah menguji sebuah komunikasi bawah laut.

Sementara itu, ahli gempa dari Southern Methodist University, Dallas, AS, Brian W Stump berteori bahwa gempa bisa menimbulkan suara yang dimaksud dan dapat didengar.

Di luar teori di atas, spekulasi pun berkembang pada platform online. Spekulas makin beragam. Di antaranya yaitu :

1. Putaran lempeng tektonik

Dugaan ini menyebutkan bahwa akibat dari pergerakan lempeng menimbulkan suara. Lempeng tektonik merupakan potongan dari kerak Bumi dan mantel teratas Bumi.

Lempeng ini memiliki tebal 100 kilometer dan terdiri atas dua jenis bahan utama yaitu kerak samudera dan kerak benua.

2. Tekanan atmosfer

Tekanan ini didefinisikan sebagai kekuatan pada area tertentu yang memengaruhi permukaan melalui berat udara di atas permukaan. Kondisi itu menciptakan suara.

3. Suara kereta yang bolak-balik

Kebisingan suara dari kereta yang bolak-balik di atas rel jelas diduga menyebabkan suara misterius itu. Suara bising dimunculkan akibat reaksi dari rel dan kabel kereta yang terlalu panas.

4. Bangunan konstruksi

Suara dari pembangunan gedung pada area yang sama juga bisa menyebabkan suara yang sama pada daerah tertentu.

5. Senjata rahasia AS

Suara misterius itu dikaitkan dengan proyek senjata rahasia pemerintah AS. Kabar berembus, sebab militer AS tengah menguji senjata High Frequency Active Auroral Research Program (HAARP) yang digunakan untuk kepentingan pertahanan dan modifikasi cuaca.

Sementara itu, spekulasi lain menyebutkan, suara terompet itu adalah tiupan sangkakala yang sudah dijelaskan dalam ajaran kitab suci kaum beragama. Bagi kaum beriman, suara tersebut diyakini sebagai tanda kiamat. Ada juga spekulasi itu adalah suara dari mahluk asing atau alien.

Menelusuri sumber suara
Terkait kontroversi asal muasal dan penyebab suara aneh tersebut, Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin menjelaskan suara misterius itu sangat besar berasal dari permukaan bumi.

"Kemungkinan berasal dari luar angkasa itu tak mungkin sebab tak ada perambat," jelas Thomas kepada VIVA.co.id, Selasa 26 Mei 2015.

Dia mengatakan suara pada dasarnya membutuhkan gelombang udara sebagai perambat. Dengan demikian, gagasan suara misterius itu muncul dari luar angkasa, menurutnya bisa diabaikan, sebab di luar angkasa tak ada atmosfer.

"Suara dari luar angkasa masuk (terdengar) ke bumi itu tidak mungkin, sebab tak ada perambat suara," kata dia.

Sedangkan terhadap teori yang menyebutkan suara misterius itu muncul dari dalam bumi, Thomas juga membantahnya.

Menurut dia, jika suara berasal dari dalam bumi maka seharusnya akan muncul getaran di permukaan. Sementara pada kasus berbagai video unggahan suara misterius itu, dilaporkan tak ada getaran yang muncul di permukaan.

"Kalau dari dalam, pasti ada getaran di bumi dan itu terasa. Jadi tak mungkin itu dari dalam tanpa getaran terus tiba-tiba muncul suara," ujarnya.

Sedangkan soal banyaknya fenomena yang terjadi di berbagai wilayah di belahan dunia, jebolan doktor Kyoto University, Jepang itu mengatakan suara aneh itu tak muncul dalam waktu serentak di belahan dunia.

Menurutnya, suara aneh itu kasusnya terpisah dan dengung suara yang muncul juga berbeda, tak sama.

"Kasus itu tak terjadi bersamaan dan itu bersumber dari sumber lokal," kata Thomas.

Soal penyebab munculnya suara misterius itu, Thomas berteori itu terjadi akibat fenomena alam atau proses aktivitas manusia.

Soal fenomena alami, suara misterius itu bisa muncul, kata Thomas, akibat dari interaksi antara angin dan lingkungan sekitar. Sedangkan dari sisi aktivitas manusia, suara bisa muncul dari beragam penyebab. Di antaranya bisa saja dari peralatan dari industri pabrik, fasilitas penelitian dan lainnya.

Ia menyontohkan, fasilitas LAPAN di Kotatabang, Agam, Sumatera Barat memiliki alat pendeteksi yang menimbulkan suara aneh.

"Pada fasilitas itu ada radar atmosfer. Fasilitas itu mengeluarkan suara keras sekali seperti suara harimau mengaum," kata dia.

Bagi masyarakat awam di sekitar fasilitas itu, kata dia, suara dari radar atmosfer itu bisa dianggap aneh dan menimbulkan penafsiran beragam dari masyarakat.

"Nah bisa juga fasilitas semacam itu ada di tempat lain, entah dari industri atau dari fasilitas penelitian. Yang jelas itu bukan dari luar bumi," kata pria kelahiran Cirebon tersebut.

Atas dasar dan penjelasan itu, Thomas menegaskan bahwa suara aneh tersebut bukan berasal dari luar angkasa, tapi muncul dari permukaan bumi.

Dari dalam bumi
Sama halnya dengan Thomas, Guru Besar Departemen Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB), Suryadi Siregar menyebutkan munculnya suara aneh itu disebabkan dua faktor yaitu fenomena alam dan aktivitas manusia.

Suryadi berbeda dengan Thomas. Ia mengambil perpektif suara bisa muncul dari dalam bumi.

Untuk fenomena alam, Suryadi berpendapat suara bisa muncul karena dipicu gerak lempeng dari bumi. Sementara posisi bumi menurutnya seperti kapal besar di lautan yang mengapung. Sehingga saat ada pergeseran lempeng, biasanya memunculkan bunyi yang agak keras.

"Suara akan jelas saat keadaan hening," kata dia kepada VIVA.co.id.

Mengenai suara khas seperti suara terompet, Suryadi menjelaskan hal itu bisa terjadi karena udara yang keluar dari rongga. Proses ini membuat suara yang muncul seperti suara harmoni yang teratur.

Soal suara yang dipicu dari dalam bumi bisa muncul ke permukaan, kata Suryadi mungkin saja. Sebab inti bumi terdiri dari cairan magma. Inilah yang menurutnya bisa menjadi perambat suara.

"Setiap ada gerakan terjadi (di dalam bumi) maka terjadi pergerakan lempeng dan kemudian diiringi bunyi yang muncul," jelas dia.

Sedangkan untuk penyebab dari aktivitas manusia, Suryadi menjelaskan, bisa terjadi karena ada proses interaksi di udara.

Ia menyebutkan dampak kegiatan manusia membuat kandungan udara berubah. Kondisi itu kemudian membawa perubahan tekanan aliran arus angin. Tekanan itu terus akan melewati celah batu karang dan gunung hingga terdengar suara aneh.

"Kandungan udara berubah bisa juga akibat kegiatan manusia yang melebihi batas, lapisan ozon yang terkikis karena penggunaan freon maupun kerusakan hutan dari kebakaran," kata dia.

Secara prinsip, Suryadi menyebutkan penyebab lebih di permukaan dan di dalam bumi. Untuk kemungkinan penyebab dari luar angkasa, kata dia, sangat kecil kemungkinannya.

Thomas mengungkapkan sejauh ini belum ada laporan dari masyarakat kepada LAPAN terkait dengan munculnya suara misterius yang kini tengah menjadi perbincangan hangat di online.

Dalam kesempatan itu, Thomas juga mengatakan tidak ada dampak bahaya dari efek suara yang muncul di permukaan bumi tersebut.

Ia berpesan kepada masyarakat Indonesia agar teliti dalam mengakses informasi terkait suara misterius tersebut. Thomas mengajak masyarakat untuk berpikir logis, mengambil informasi berdasarkan analisis yang ilmiah.

"Jadi kalau ada yang mengatakan itu adalah suara alien, itu tak ilmiah," kata Thomas. (ren)

Sumber Berita : viva.co.id

















































































































































Danau Kelimutu Kembali Berubah Warna

Danau Kelimutu Kembali Berubah Warna

Danau Kelimutu di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, (18/6). TEMPO/Arif Fadillah

TEMPO.CO, Kupang - Danau tiga warna Kelimutu di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali berubah warna, setelah perubahan terakhir terjadi pada 2013. Kepala Stasiun Vulkanologi Ende Gabriel Rago mengatakan perubahan warna terjadi akibat aktivitas vulkanologi. “Memang ada asap di kawah. Dulunya, danau itu keluarkan asap warna putih, yang kini berubah menjadi warna telur asin," ucapnya, Rabu, 29 April 2015.

Saat ini Stasiun Vulkanologi Ende masih memantau perkembangan perubahan warna danau itu. Gabriel meminta warga tidak mendekat ke kawah karena bau belerang yang menyengat.

Ester Elim, wisatawan yang berkunjung ke Kelimutu, mengaku menyaksikan langsung perubahan itu. Danau Nuwamuri Ko’o Fai yang semula berwarna biru berubah menjadi putih susu. Danau Ata Polo yang berwarna hijau berubah menjadi merah. Sedangkan Danau Ata Bupu yang berwarna hitam berubah menjadi hijau. “Kami terkejut melihat keajaiban itu," tuturnya kepada Tempo melalui telepon.

Ester menuturkan, sejak pagi, warga mulai mencium bau belerang yang menyengat. Warga disarankan membawa air minum jika hendak ke puncak Kelimutu. "Dalam perjalanan ke puncak, napas kami terasa sesak dan tenggorokan sakit hingga batuk-batuk," katanya.

Masyarakat setempat percaya bahwa perubahan warna danau di Kelimutu tidak sekadar fenomena alam biasa. Perubahan itu dipercaya sebagai tanda akan munculnya peristiwa besar.

Sumber Berita : tempo.co

Gerhana Matahari Total di Indonesia 9 Maret 2016

Gerhana Matahari Total di Indonesia 9 Maret 2016

Gerhana matahari total terlihat dari Svalbard, Norwegia, 20 Maret 2015. (AP/Haakon Mosvold Larsen, NTB Scanpix)

TEMPO.CO, Bandung - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) serta Institut Teknologi Bandung (ITB) membentuk panitia nasional untuk pengamatan dan riset gerhana matahari total 2016. Selain kegiatan ilmiah, ada usulan pula untuk menjadikan peristiwa alam itu sebagai obyek wisata. Sejumlah daerah siap menyambutnya.

Usulan gerhana matahari total sebagai obyek wisata mengemuka dalam lokakarya nasional di ruang Auditorium Lapan, Bandung, Selasa, 14 April 2015. Perwakilan Kementerian Pariwisata, Bangka-Balitung, dan Pontianak, misalnya, menyatakan siap terlibat dalam kepanitiaan nasional itu. Mereka pun bersemangat menggaet turis lokal maupun asing untuk menyaksikan peristiwa gerhana matahari total di daerah masing-masing.

Gerhana matahari total, ujar mantan Direktur Observatorium Bosscha Bambang Hidayat, akan terjadi pada 9 Maret 2016. Semua wilayah Indonesia pada hari itu akan mengalami gerhana, tapi yang benar-benar total hanya di beberapa daerah. "Gerhana matahari total menampangkan dirinya pagi hari di wilayah Indonesia pukul 07.15 WIB," kata Bambang, Selasa, 14 April 2015.

Penggerak kelompok astronomi Langit Selatan, Avivah Yamani, mengatakan daerah yang dilintasi gerhana matahari total itu terentang dari Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka-Belitung, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, dan berakhir di Maluku Utara. "Selain daerah tersebut, hanya gerhana matahari sebagian," ujarnya.

Karena itu, peristiwa alam ini berpotensi menjadi daya tarik wisata bagi daerah. Beberapa hal yang perlu disiapkan, kata Avivah, misalnya lokasi-lokasi terbaik untuk pengamatan, seperti pantai dan tempat penginapan.

Lapan dan ITB mencatat beberapa peneliti dan astronom asing berminat datang ke Indonesia untuk mengamati proses gerhana matahari total 2016. Misalnya, dari Australia, Amerika Serikat, Jepang, Prancis, Inggris, Austria, Malaysia, dan Vietnam. Mereka berencana mengamati di Maluku utara, Palembang, dan Pare-pare.

Lapan, di antaranya, akan meneliti lapisan ionosfer di Pontianak, Bandung, Manado, dan Kupang. Kemudian astronom dari Observatorium Bosscha akan mengamati matahari di Halmahera dan Ternate, serta menguji teori bandul efek Allais.

Sumber Berita : tempo.co

Asteroid Besar Berpeluang Hantam Bumi pada 2017

Asteroid Besar Berpeluang Hantam Bumi pada 2017

Asteroid Besar Berpeluang Hantam Bumi pada 2017 (Foto: Indian Country)

CALIFORNIA – Asteroid bernama 2012 TCP diperkirakan akan melintas dekat Bumi pada 12 Oktober 2017. Akankah asteroid ini akan menabrak Bumi dan membahayakan manusia?

Asteroid sebelumnya pernah meledak di atas kota Chelyabinsk di Rusia. Ledakan asteroid itu setidaknya melukai 1.500 orang di Rusia dan merusak lebih dari 7.000 bangunan. Asteroid 2012 TCP diperkirakan berukuran 12 sampai 40 meter. Bahaya asteroid 2012 TCP bahkan diperkirakan akan lebih dahsyat jika dibandingkan dengan asteroid yang pernah meledak di Rusia.

“Asteroid ini sangat berbahaya dan kekuatannya mungkin akan mampu menghancurkan apapun tergantung di mana ia akan meledak,” ujar Judit Györgyey-Ries, astronom di University of Texas McDonald Observatory seperti dilansir dari laman Phys, Rabu (15/4/2015).

Asteroid seukuran rumah sebelumnya juga ditemukan pada 4 Oktober 2014 oleh observatorium Pan-STARRS, di Hawaii. Seminggu kemudian, asteroid itu mendekati Bumi dengan jarak yang sangat dekat sekira 94.800 km.

Astroid 2012 TC4 merupakan obyek memanjang dan berputar sangat cepat dan telah dikenal membuat banyak pendekatan dekat dengan Bumi di masa lalu. Sekarang, para ilmuwan mencoba untuk menentukan di wilayah mana tepatnya 2012 TCP akan terbang dan memperkirakan dampak yang mungkin ditimbulkan.

“Kesempatan (asteroid) untuk menghantam Bumi hanya 0,00055 persen,” tambah Judit Györgyey. Keyakinan astronom asal Amerika Serikat tersebut juga didukung oleh astronom lainnya dari badan antariksa Eropa ESA, Detlef Koschny. Menurutnya ukuran asteroid 2012 TCP yang diperkirakan sangat besar belum terbukti dan harus diteliti lagi.

“Peluang asteroid 2012 TCP untuk meledak ialah satu berbanding satu juta dan ukuran asteroid biasanya akan dilihat dari kecerahannya, tapi kita tidak tahu refleksitasnya jadi ukuran asteroid itu bisa lebih kecil atau lebih besar,” ujar Detlef Koschny.

Menurut data, terhitung hingga 12 April 2015, terdapat 1.572 asteroid yang berpotensi berbahaya bagi Bumi terdeteksi. Tak satu pun dari asteroid itu diketahui pada jalur tabrakan dengan Bumi, meskipun para astronom hampir selalu menemukan asteroid yang baru setiap saat.

Sumber Berita : okezone.com

Gunung Karangetang Luncurkan Awan Panas, Warga Mengungsi

Gunung Karangetang Luncurkan Awan Panas, Warga Mengungsi

Sejak kemarin gunung berapi itu menyemburkan awan panas.

Gunung Karangetang (Agustinus Hari (Manado))


VIVA.co.id - Adanya peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Karangetang di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara, telah menyebabkan 465 orang penduduk mengungsi. Pada Kamis 7 Mei 2015 pukul 14.00 Wita, terjadi erupsi disertai guguran lava pijar yang menimbulkan awan panas dan debu vulkanik tebal.


Awan panas meluncur ke sisi timur sejauh 4 kilometer. Data sementara, 4 rumah warga yang berada di Kampung Kora-Kora, Kelurahan Bebali, Kecamatan Siau Timur, dilaporkan telah rata dengan tanah.


Pada Jumat 8 Mei 2015 pagi tadi terjadi satu kali luncuran awan panas dengan jarak luncur 2,5 kilometer. Luncuran awan panas mengarah ke selatan pusat letusan atau mengarah ke Kali Kahetang dan Kali Awang. Saat ini, lontaran batu pijar dan awan panas masih terus berlangsung.


"Tidak ada korban jiwa. 465 orang pengungsi tersebar di 3 titik pengungsian. Pengungsi berasal dari Kelurahan Bebali Kecamatan Siau Timur yang berada di radius 5 kilometer dari puncak kawah," ujar Kepala Pusat Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan pers, Jumat 8 Mei 2015.


Menurut Sutopo, dalam pengungsian tersebut, para warga tidak membawa barang apa-apa karena terjadi secara mendadak.


"Masyarakat sudah terbiasa dengan letusan Gunung Karangetang, namun letusan dengan awan panas kemarin adalah yang besar, sehingga masyarakat langsung mengungsi," kata Sutopo.


Lebih lanjut, Sutopo mengatakan, tidak ada kenaikan status gunung terkait dengan erupsi sejak kemarin. Status Gunung Karangetang tetap Siaga (level III). Rekomendasi PVMBG bagi warga untuk tidak mendekati Karangetang dalam radius 4 kilometer dari kawah.


Saat ini, BPBD Kabupaten Sitaro telah memberikan pelayanan kebutuhan dasar bagi para pengungsi. Pendataan masih dilakukan. Kebutuhan mendesak adalah masker, makanan, lauk pauk, pakaian, selimut, makanan bayi, dan alas tidur. (art)

Sumber Berita : viva.co.id



















Tiga Korban Longsor Pangalengan Masih Dicari

Tiga Korban Longsor Pangalengan Masih Dicari

ist


TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Tim pencari hingga saat ini belum menemukan korban hilang akibat tanah longsor yang terjadi di kampung Cibitung RW 15 Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Diperkirakan masih ada tiga korban yang tertimbun material longsor yang mengenai rumah mereka.

Dari tujuh orang yang tertimbun, empat orang telah ditemukan dalam kondisi tewas. Mereka adalah Iran (55), Dating (60), Pardi (70), dan Naela (1,5).

"Kami bersama pasukan TNI, BNPB daerah terus berusaha mencari korban yang hilang tertimbun," kata Hilman, relawan Lembaga kemanusiaan nasional Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Bandung dalam keterangannya, Kamis (7/5/2015).

Hilman juga menyebut ada dua orang luka berat dan empat orang luka ringan dalam kejadian memilukan itu.

"Saat ini yang dibutuhkan yang diperlukan oleh masyarakat sekitar evakuasi korban, serambi nyaman, dapur air dan penyediaan obat-obatan," katanya.

Masyarakat yang jadi korban juga membutuhkan sembako, baik beras dan minyak, makanan siap saji, selimut, sarung, kaos kaki anak-anak dan dewasa dan makanan bayi juga dibutuhkan.

Berkekuatan 12 orang, PKPU juga mendistribusikan bantuan logistik, dapur air, serambi nyaman.

Wilayah yang menjadi lokasi kejadian dihuni 296 Jiwa atau 52 kepala keluarga (KK). Kejadian itu membuat 12 unit rumah yang rusak berat, dua tergerus lima rumah. Jumlah pengungsi sebanyak 110 orang.

Hujan deras yang terjadi empat hari lalu di wilayah Pangalengan menimbulkan retakan pada tanah. BPBD Kabupaten Bandung memperingatkan warga agar berhati-hati dan segera menghindar jika sewaktu-waktu terjadi longsor. Sebelum peringatan tersebut dilakukan longsor kemudian terjadi.

Material longsor menimpa pipa gas milik Star Energi sehingga menimbulkan ledakan dan material longsor pun menimbun rumah warga yang ada di sekitarnya.

Sumber Berita : tribunnews.com

























Angin dan Hujan Es Rusak 49 Rumah di Tapanuli

Angin dan Hujan Es Rusak 49 Rumah di Tapanuli

Ilustrasi. (dok.Okezone)


MEDAN - Angin kencang disertai hujan es merusak 49 rumah, sejumlah sekolah dasar (SD), serta gereja di Desa Siabal-abal, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Atap rumah dan SD berterbangan ditiup angin.


Tidak hanya itu, sejumlah pohon tumbang setelah diterpa angin. Akibatnya, seekor kerbau mati tertimpa pohon.


Seorang warga bernama M Panjaitan mengatakan, kejadian itu berlangsung jelang sore kemarin. Awalnya cuaca mendung, namun tiba-tiba angin kencang datang bercampur hujan es.


“Semalam hujannya cukup deras disertai angin kencang dan hujan es, sehingga sejumlah rumah, sekolah, dan gereja rusak. Jarang terjadi bencana seperti ini,” ujarnya, Jumat (8/5/2015).


Saat ini sejumlah polisi sedang berjaga-jaga di lokasi bencana. Kepala Subbagian Humas Polres Tapanuli Utara Ipda W Baringbing mengatakan, pihaknya juga sedang mendata bangunan rusak.


“Tim polsek saat ini sudah siaga di lokasi. Itu sekaligus mendata kerusakan akibat bencana. Selain itu, kita juga menjaga keamanan rumah warga agar tidak ada yang memanfaatkan situasi,” tandasnya.


Sumber Berita : okezone.com















 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. kumpulan berita bencana geologi dan fenomena alam - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger