Letusan Sedahsyat Tambora Potensi Terjadi, RI Paling Rentan
Letusan Gunung Tambora dua abad mengguncang dunia.</>
Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat (Panoramio)
VIVA.co.id - Dua abad letusan dahsyat Gunung Tambora telah berlalu. Letusan yang mengguncang dunia itu merupakan salah satu letusan terbesar yang pernah ada di muka bumi. Akibat letusan gunung di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat itu, iklim global berubah.
Letusan itu mengakibatkan 'tahun tanpa musim panas' di belahan bumi Utara, dioksisa belerang gunung itu berada di atmosfer selama beberapa tahun. Tak cukup itu saja, bumi mengalami pendinginan usai letusan dan memicu pandemik penyakit manusia, kelaparan, kegagalan panen di amerika Selatan, Eropa dan Asia.
Usai 200 tahun, peneliti masih menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling berisiko dalam ledakan vulkanik mematikan.
Dikutip dari
Live Science, Senin 13 April 2015, peneliti vulkanik dunia menyebutkan masih ada peluang 30 persen erupsi seperti Tambora bisa terjadi pada abad ini.
Bahkan laporan ahli vulkanik internasional dalam Global Volcano Model Network, menyebutkan Indonesia masih menjadi negara yang paling berisiko menghadapi erupsi dahsyat tersebut.
Peneliti merangking beberapa negara yang masuk dalam wilayah berisiko dilanda erupsi vulkanik dashyat.
Mengikuti Indonesia, peneliti menempatkan Filipina, Jepang, Meksiko, Ethiopia, Guatemala, Ekuador, Italia, El Savador dan Kenya, sebagai negara yang patut waspada.
Peringkat itu didasarkan pada seberpa sering erupsi gunung api sebuah negara dalam kurun waktu 10 ribu tahun dan bagaimana tingkat bahaya erupsi tersebut.
Laporan itu menghitung saat ini jumlah orang yang tinggal di zona letusan gunung berapi cukup besar, yaitu 800 juta orang yang tinggal pada area 100 kilometer dari puncak gunung berapi.
Peneliti juga mencatat negara kepulauan, lebih berisiko terkena bahaya mematikan gunung berapi.
Berdasarkan negara pulau, wilayah yang berisiko dilanda letusan dashyat gunung berapi yaitu Montserrat, St. Vincent dan Grenadines, Hindia Barat, Dominica, Azores, St. Lucia, kepulauan Atlantik-Britania Raya, El Salvador dan Kosta Rika.
Peneliti mengingatkan letusan dahsyat sebuah gunung berapi sebenarnya bisa menjadi sinyal waspada untuk masa depan.
Hal itu disampaikan vulkanolog Universitas California, Berkeley, Amerika Serikat, Stephen Self.
"Sebuah letusan sebesar itu pada hari ini pasti akan memiliki efek besar pada lalu lintas udara serta sirkulasi atmosfer di seluruh dunia," ujar Self.
Self juga menunjukkan bagaimana letusan Tambora, juga melahirkan bencana kelaparan. Kata Self, letusan Tambora mengakibatkan warga dunia kehabisan bahan makanan.
"Orang-orang makan kucing dan tikus," kata Self yang juga pakar letusan Tambora.
Peringatan bahayanya letusan gunung berapi bukan main-main. Menurut laporan tersebut, tercatat sejak 1600, 287 ribu orang telah tewas dalam letusan gunung berapi.
Dari total tersebut, hanya 58 persen kematian akibat letusan, 33 persen tewas akibat aliran pirolastik, 20 persen oleh tsunami, 14 persen lainnya tewas oleh lahar. Laporan mengatakan hanya 887 orang tewas akibat lava, 24 persen kematian tidak langsung, yaitu kelaparan dan penyakit.
Sumber Berita :
viva.co.id